Percuma berlari kencang jika tujuan belum terang, buat apa bekerja keras bila metode yang dipilih belum pas.
Di Negeri Adidaya USA pernah dilakukan Riset yang membuka tabir fakta : "Dari 100 Bisnis yang dilahirkan, 96 mati sebelum tahun ke 5 dan sisanya hanya 4 bisnis yang bertahan melewati tahun ke 5 (Michael E Gerber Survey di USA) "
Di Negara kita saat ini hanya memiliki 0.18% penduduk yang memutuskan menjadi pengusaha. Padahal untuk menjadi sebuah Negara mandiri secara Ekonomi minimal harus memiliki 2 % pengusaha kuat.
Harus diakui masih cukup kecil animo masyarakat yang mengambil pilihan hidup sebagai pengusaha. Kemapanan sebagai pegawai yang rutin menerima upah lebih menggiurkan dan menjanjikan daripada memilih bertarung di jalur penuh ketidakpastian, jalan perjuangan.
Sayangnya, fakta di lapangan juga tergambar banyak pengusaha gagal melewati fase Start Up. Akibat minim pengetahuan tentang tatakelola bisnis yang tepat, mayoritas mereka menjalankannya hanya sambil lewat.
Informasi ini saya dengar beberapa kali dikelas workshop Rahasia Membangun SOP Tepat yang telah dihelat di delapan kota besar Indonesia. Pada sesi sharing, peserta menyampaikan lugas pengalaman sebagai pebisnis yang kerap menjumpai kerumitan.
Metode yang dipilih adalah Trial & Error, mencoba dan gagal. Mereka menguraikan kendala yang ditemui karena ketidakpahaman. Kesimpulan yang saya dapat keputusan menjadi pengusaha tak dibarengi peningkatan kapasitas pengetahuan management tata kelolanya.
Di Indonesia sendiri belum ada rilis resmi berapa jumlah pengusaha yang gugur di fase start Up. Mungkin dikarenakan belum memiliki urgensi atau dianggap tak memiliki kadar sensasi berita.
Kenapa banyak kegagalan? kebanyakan bisnis dijalankan hanya mengandalkan otak kanan. Berpandangan tak perlu keterampilan hanya cukup keberanian. Sejatinya memang kita membutuhkan otak kanan untuk mulai memutuskan tindakan, tetapi bukan berarti berikutnya tak perlu ada orientasi pengelolaan.
Fenomena kemunculan jargon keramat " menjadi pengusaha harus gila " yang diimani mayoritas dari mereka menggenapi sempitnya kepahaman. Seolah menjadi ajimat, menganggap bisnis dapat dimainkan dengan cara cara nekat. Makin gila caranya bisnis akan melesat hebat, tanpa pengelolaanpun bisnis tetap menggelinding kearah yang diinginkan. Karena beranggapan mengelola bisnis tak memerlukan ilmu, akhirnya mereka bertemu dengan yang semu.
Lebih memprioritaskan memperbesar ukuran daripada memperkuat pondasi bangunan. Memilih menambah cabang daripada membenahi sistem dan standar operasional prosedur tepat.
Meski memiliki Impian bisnis jalan dan pemiliknya bisa jalan-jalan. Kenyataan tindakan yang dipilih hanya terfokus sebatas keinginan tetapi tak paham apa yang mesti dikerjakan.
Membangun SOP adalah keharusan untuk membangun keseimbangan. Cara tepat membangun bisnis ideal adalah keharusan yang tak dapat ditangguhkan. Tak memiliki SOP sama seperti pilot yang tak memiliki Control Panel, kesalahan berasumsi, akibatkan salah bereaksi.
Contohnya jika tak ada panel bahan bakar, maka keputusan hanya berdasar prediksi. Bahan bakar yang diperkirakan cukup sampai ketujuan tetapi kenyataan hanya cukup sampai ditengah perjalanan. Endingnya, Pesawat akan mencelakai pilot, penumpang hingga masyarakat yang terkena kejatuhanya.
SOP Tepat harus dibangun dan dijalankan ditiap lini perusahaan. Petunjuk harus memberi gambaran ideal sesuai standar yang dituliskan. Pastikan Anda memegang kendali dan memastikan semua risiko dalam genggaman, mengubahnya menjadi peluang berpotensi uang. Salam SOP-asti! (LSe)