Meresapi Visi Bisnis



Sylvester ‘Sly’ Stallone  terlahir bukan dalam naungan bintang keramat, tak memiliki bakat, keturunan terhormat, berada di waktu dan tempat yang tidak tepat. Sebaliknya, berasal dari keluarga yang sangat miskin, untuk proses melahirkan pun ibunya harus rela  di anak tangga sebuah sekolah.  

Film Rocky adalah titik balik yang menjungkirbalikan kenyataan. Bermula dari pertarungan tinju Chuck Wepner meladeni si mulut besar Muhammad Ali.  Semangat Wepner yang  pantang menyerah selama 15 ronde menginspirasinya. 

Pertandingan di atas ring tinju itu telah menyulut semangat ditengah kebuntuannya . Tanpa disadari ia mengalami letupan gairah, kesurupan menulis  tanpa jedah selama 84 jam. Ia menemukan visi bahwa naskah film itulah yang akan menghantar perubahan nasibnya. 

Dalam alam nyata sering mimpi tak semudah rencana. Dianggap ending skenarionya mudah ditebak hampir semua produser menolak naskah ini.  

Sudah beratus kali dia menawarkan idenya, hingga suatu hari datanglah sang dewa penolong. Seorang produser menawarkan USD 75 ribu untuk script yang telah dibuatnya. Mestinya Sylvester sudah bisa berbahagia dengan tawaran itu,  tetapi ia terlanjur mematok target  bahwa dia harus jadi bintang, tak cukup hanya menjadi penulis naskah. 

Sly hanya mau melepas naskah dalam rangkaian paket dia diperkenankan sekaligus menjadi pemeran utamanya. Produser menaikan tawaran mulai dari kisaran USD 225 ribu hingga pada angka USD 1 Juta. Stallone menolak menjual mimpinya meski telah dipinang dengan cek segede gajah. 

Meski dalam kondisi terpuruk dan lapar Sly berkeras akan membayar mimpinya dengan harga berapapun. Suatu saat sang istri meminta Sly berhenti mengejar mimpi bodohnya dan menukar dengan pekerjaan biasa. Sly menjawab “ Jika aku mendapat pekerjaan lain, aku akan kehilangan rasa lapar yang memacu keinginan terus berupaya. Berhenti dari pencarianku, berarti menggadaikan mimpiku” 

Sly meyakini jika telah  berkomitmen pada visi, maka dia  rela melakukan apapun demi menemukan cara. 

Pada akhirnya, meski enggan produser meluluskan syarat yang diminta. Film dibuat dengan budget minimalis dibawah USD 1 Juta.  Sylvester Stallone dibayar untuk naskah dan perannya hanya sebesar USD 35 ribu, ditambah share dari keuntungan jika film ini dapat menaklukan pasar. 

Tratat tat… keajaiban terjadi. Film ini menangguk penjualan tiket super laris menghasilkan angka fantastis USD 171 Juta, dinominasikan untuk 10 penghargaan Academy Awards. Setelah melewati penjurian yang ketat muncul sebagai  jawara Film dan Sutradara terbaik.  

Kesuksesan pada akhirnya diraih Sylvester Stallone karena mengimani menjadi aktor adalah harga mati.  

Di dunia Bisnis kerap kita temukan  pengusaha merasa sudah  mati-matian bekerja tapi bisnis gak kemana mana? Kebanyakan mereka mengabaikan visi jelas, sehingga  tak memiliki ruh perjuangan bernas.  Yang tak disadari bahwa untuk mencapai suskes sangat ditentukan oleh ketepatan keyakinan.  

Pebisnis yang mengimani Visi akan menjadi fanatik dan militan menggapai impian. Mereka lebih memilih menguatkan bisnis terlebih dahulu daripada  memperbesarnya. Tak mudah goyah jika menghadapi kesulitan dan tantangan, rela “berpuasa” sebelum bertemu hari bahagia. Tak mau menukar tujuan dengan kesenangan semu yang memabukkan. Sebagaimana perilaku pengen cepat sukses tanpa melewati proses. 

Jadi, Anda tetap boleh mendapatkan sesuatu yang besar, tapi mulailah bertindak dari yang kecil, menguatkan sistemnya, baru kembangkan sesuai harapan. Didalam sistem yang kuat, standar yang tepat terdapat bisnis yang sehat. Salam SOP-asti! (Lse).

Hak Cipta oleh Media Medan
Official Media Medan