Terjun ke dunia entrepreneur bisa saja karena berbagai alasan dan latar belakang, baik karena bisnis keluarga, pindah kuadran atau lainnya. Tak sedikit yang mengawalinya dengan segala impian bisnis yang akan menjadi hebat, penuh semangat.
Apapun
faktor pendorongnya, kita cenderung ingin segera memulai dan segera
menuai hasil. Padahal ada risiko-risiko yang harusnya sudah diketahui
dari awal. Apa gunanya diketahui dari awal? Agar dapat melakukan
perencanaan dan strategi untuk memitigasi risiko-risiko yang ada (bukan berarti tidak ada risikonya ya).
Bagi pengusaha, menjadi melek hukum itu kebutuhan bukan menunggu kalau bisnis sudah besar. Justru untuk menjadi bisnis yang besar, pranata hukumnya harus diperhatikan sejak awal. Susun strategi hukum sejak awal usaha Anda mulai dibangun.
Misalnya saja Bob ingin bekerjasama dengan Luky. Maka mereka harus menentukan bagaimana bentuk kerjasama
mereka. Bagaimana mereka akan memberikan bagian modalnya. Bagaimana
mereka akan mencatatkan setiap pengeluaran dan biaya usahanya, dan
bagaimana mereka akan menghitung pembagian hasil keuntungan yang didapat
dari bisnis mereka. Di sini sudah menunjukkan perlunya menyusun suatu perjanjian kerjasama (partnership agreement).
Kalau
hal ini dibiarkan saja berjalan tanpa ada peraturan yang jelas, tanpa
ada HUKUM yang mengatur secara tegas dan membatasi hak dan kewajiban
dari Bob dan Luky, hal ini berpotensi menimbulkan konflik ke depannya. (Silahkan baca di sini tentang pemutusan bisnis secara sepihak).
Wajib Melek Hukum
Jadi, kapan harus menerapkan aspek hukum? Sekali lagi, itu kebutuhan Anda. Anda yang lebih tahu. Hanya saja, kadang merasa belum perlu atau malah tidak mau tahu, karena prioritasnya seringkali adalah bagaimana meningkatkan omset dan strategi marketingnya. Sama sekali tidak salah, hanya melindungi bisnis dari sisi hukum juga perlu dilakukan.
Seringkali
yang ditanyakan adalah bagaimana memulai bisnis tanpa modal.
Sebenarnya, semuanya tetap perlu modal, hanya saja modalnya tidak melulu
uang, bisa juga keberanian, jaringan pertemanan dan sebagainya. Setidaknya soal suntikan dana bisa berasal dari Angel Investor (orang tua, saudara, teman dekat, bekas atasan, dan lain-lain).
Sekalipun mereka adalah Angel Investor,
mereka tetap ingin kepastian tentang pinjaman atau suntikan dana mereka
bisa dikembalikan (bahkan mendapat keuntungan). Nah, di sinilah perlunya seorang pebisnis “tanpa modal” untuk membuat perjanjian kerjasama terlebih dahulu antara investor dengan mereka. Pastikan, apakah dana mereka itu menjadi saham dalam perusahaan Anda, atau menjadi pinjaman modal usaha semata.
Kini perusahaan besar banyak yang menawarkan modal ventura.
Perusahaan seperti ini akan memberikan modal awal, yang di kemudian
hari modal tersebut akan dikonversi menjadi saham dalam perusahaan Anda (ketika perusahaan Anda dinilai baik). Benar, sang investor akhirnya turut menjadi pemilik bisnis Anda. Makanya, mereka mensyaratkan agar dibentuk badan hukum berupa Perseroan Terbatas (PT) untuk menjalankan bisnis tersebut.
Begitu
juga yang punya impian untuk mendesain bisnis, membangun,
membesarkannya, lalu menjual bisnis tersebut. Jika ingin bisnis tersebut
bernilai jual tinggi, maka bisnis tersebut umumnya diwadahi dalam suatu perusahaan lengkap dipersenjatai dengan kelengkapan izin usahanya. Investor sangat memperhatikan hal ini.
Sebelum dilakukan merger atau akuisisi, investor umumnya melakukan legal due diligence. Sang investor
ingin memperhatikan “kesehatan” perusahaan dari sisi legal. Jangan
sampai ada izin yang belum dimiliki atau perjanjian yang menimbulkan
sengketa hukum.
Bisnis pun tidak selalu berjalan baik, saat sedang tersendat kadang tak terelakkan lagi ketika urusan bisnis yang perdata jadi pidana. Wih, itu malah repot lagi. Di sinilah pengusaha itu harus melek hukum, tidak bisa bilang tidak.
Pada
prinsipnya, kebutuhan hukum dalam bisnis berbeda-beda. Hal tersebut
juga ditentukan dari tahapan bisnis atau keberadaan bisnis kita dalam suatu siklus bisnis.
Melangkahlah dengan pasti dalam setiap pilihan Anda. Cari tahu tentang kebutuhan hukum Anda, lalu susun strateginya. Selamat membangun bisnis yang cetar membahana!